Dahlan Iskan Bermimpi Punya Sepatu
(int) |
Penulis : Khrisna Pabhicara
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : 2012
Tebal buku : 392 halaman
"Hidup, orang miskin, harus dijalani apa adanya,"
Terkadang, menjalani kehidupan sebagai orang miskin amat sulit bagi sebagian orang. Akan tetapi, tidak begitu halnya dengan Muhammad Dahlan. Kesehariannya yang sederhana di desa justru membuatnya menjadi pribadi yang dewasa dan tidak banyak mengeluh. Muhammad Dahlan, yang kelak dikenal dengan nama Dahlan Iskan, banyak belajar tentang “hidup” dari ayahnya yang gemar bercerita.
“Sekonyong-konyong aku berada di halaman sebuah rumah: masa lalu.”
Seorang Dahlan, di masa mudanya merupakan seorang anak desa yang dibesarkan dengan serba berkecukupan. Ia hidup dengan seorang adiknya, dan kedua kakak perempuan, beserta ayah dan ibu. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan ke sekolahnya di Pesantren dengan berjalan telanjang kaki. Oleh karena itu, wajarlah ketika ia selalu mengidam-idamkan memiliki sepatu dan sepeda.
Sebagai orang yang hidup dalam himpitan ekonomi, tentu saja ia tak tega meminta pada kedua orang tuanya. Ia hanya bisa membayang-bayangkannya dalam setiap perjalanan ke sekolahnya sembari melihat teman-teman lain yang bersepatu.
Hidup Dahlan mulai berubah ketika direkrut sebagai tim Volly sekolahnya. Apalagi ketika mereka berhasil menyabet penghargaan sebagai juara. Berbekal usaha yang dilakoni sendiri oleh Dahlan kecil, ia bisa mewujudkan keinginan kecilnya.
Secara umum, novel hasil karya tangan Khrisna Pabhicara ini banyak bercerita tentang kehidupan masa sekolah salah seorang tokoh kenamaan Indonesia, Dahlan Iskan. Akan tetapi, cerita yang berlatar di desa Kebon Dalem ini tidak sepenuhnya diangkat dari kisah nyata seorang Menteri BUMN. Sebagaimana novel biasanya, beberapa bagian dalam novel hanyalah karangan dari penulis sebagai bumbu cerita.
Penulis yang berasal dari tanah Sulawesi Selatan ini mampu menghipnotis pembaca dengan rangkaian kata-kata yang sungguh memikat. Setiap detail penceritaan mampu dituturkan secara menawan, layaknya seorang sastrawan. Akan tetapi, makna penceritaannya mampu dimengerti secara lugas para pembacanya.
Tak ada yang menyulitkan dalam membaca buku ini. Sebagai novel sekuel pertama dari Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan, pembaca justru akan digiring pada “masa lalu” seorang Dahlan Iskan yang memprihatinkan, sederhana, lucu, gembira, hingga pada momen-momen kesedihan akan kepergian orang tercinta. Tak lupa, sedikit-sedikit, penulis meramu kisah asmara anak-anak lugu pedesaan. Hanya saja, bukan pada tataran asmara anak-anak muda zaman sekarang.
Sebagai bacaan ringan, novel ini akan banyak mengajarkan pembacanya tentang arti penting hidup kesederhanaan. Hidup dalam keluarga dan teman-teman. Bagaimana kehidupan orang-orang miskin yang terkadang luput dari penglihatan dunia luar.
"Kita dapat menjadi orang yang merasa tidak beruntung karena lahir di tengah-tengah keluarga miskin, bermimpi ketiban rezeki semacam "durian runtuh" agar bisa membeli benda-benda idaman, atau membayangkan hal-hal lain yang menggiurkan seperti nasib baik anak-anak orang kaya. Tapi, kita juga dapat memilih menjalani hidup dengan wajar dan penuh keriangan, berusaha membantu orang tua sedapat mungkin, meraih segala yang didamba dengan keringat sendiri, dan tetap antusias memandang masa depan." (*)
*Kasdar Kasau
Dahlan Iskan Bermimpi Punya Sepatu
Reviewed by Thinkpedia Indonesia
on
20.49
Rating:
Tidak ada komentar: