Top Ad unit 728 × 90

Terbaru

recentposts

Lima Faksi Terancam Bubar

(*)
Judul Buku : Insurgent
Penulis : Veronica Roth
Penerjemah : Nur Aini
Penerbit         : Mizan
Tahun terbit : 2012
Tebal buku : 552 halaman


“Saat semua informasi dipercayakan kepadamu, kau harus memutuskan berapa banyak yang perlu diketahui orang-orang.”

Seri kedua dari Trilogi Divergent ini akan mengajak pembaca melewati alur kisah yang cukup menarik. Sang penulis, Veronica Roth nyatanya mampu membuat kisah ini tak tertebak di akhir cerita. Di balik semua pemberontakan dan perebutan kekuasaan yang terjadi setiap waktu, ada konspirasi besar yang mendalangi hadirnya kota, yang menghimpun 5 faksi itu; Abnegation, Erudite, Dauntless, Candor, Amity.

Meskipun serial pertama Divergent telah ditayangkan di layar lebar, namun ceritanya masih berputar pada pemberontakan maupun perlawanan. Jeanine Matthews, pemimpin faksi Erudite, masih hidup dan semakin menggencarkan aksinya untuk memusnahkan lebih banyak Divergent.

Setelah simulasi penyerangannya kepada kaum Abnegation dan kendalinya atas kaum Dauntless digagalkan Tris – Beatrice Prior -, ia semakin tergiur untuk mengembangkan serum simulasi.

Belajar dari kesalahannya, ia melakukan lebih banyak eksperimen kepada Divergent untuk mempelajari bagaimana mereka tak terpengaruh oleh serum yang mampu mengendalikan orang dari jauh itu. Bahkan, dengan informasi yang diperolehnya, ia berhasil membawa Tris menyerahkan diri ke dalam markas Erudite untuk diteliti. Akan tetapi, hasilnya nihil. Tris merupakan Divergent yang cukup kuat – menunjukkan tiga hasil tes sekaligus; Erudite, Abnegation, Dauntless - dibanding Divergent lainnya yang hanya menunjukkan dua karakteristik hasil tes.

Untuk meruntuhkan kekuasaan Jeanine, Four – Tobias Eaton – yang kemudian menjadi salah satu pemimpin Dauntless mau tak mau harus bekerja sama dengan kaum Factionless. Kaum non-faksi itu dipimpin oleh ibunya sendiri, Evelyn, yang telah lama dinyatakan mati. Ia tak pernah menduga, ternyata ada lebih banyak Divergent terhimpun dalam kelompok yang tidak berfaksi tersebut. Bukannya pada kaum Abnegation, sebagaimana yang selama ini diketahuinya.

Buku yang dianugerahi penghargaan Best Fantasy Book di Goodreads Choice Award ini masih tetap dibumbui kisah dua sejoli tokoh utamanya, Tobias dan Tris. Tentang bagaimana mereka memperjuangkan apa yang diyakini sebagai kebenaran atas kotanya yang mulai terpecah belah. Sebagaimana Tris yang mempercayai ada informasi rahasia di balik semua peristiwa yang merusak kota hingga mengorbankan ayah dan ibunya. Dan Tobias yang percaya bahwa menggullingkan Jeanine dari Erudite adalah jalan satu-satunya untuk kembali berdamai dan membalas kematian setengah Abnegation dan banyak Divergent lainnya.

Buku kedua ini akan membawa pembaca pada beberapa setting tempat yang berbeda-beda. Mulai dari perlindungan Tobias dan Tris di lingkungan Amity, terjebak di markas Factionless, beralih pada pelarian ke markas Candor, hingga mereka memutuskan untuk pulang ke Dauntless. Pada akhirnya, penyerbuan besar-besaran dilakukan ke markas Erudite. Cukup menarik, mengingat cerita yang terkesan memiliki ritme cepat masih sempat memberi penggambaran atas beberapa hal yang biasanya terlewatkan.

Sama halnya dengan novel-novel terjemahan lain, lembaran novel ini cukup tebal. Bagi pembaca yang tidak suka membaca novel beratus-ratus halaman, mungkin akan membosankan. Namun, ketika sudah memasuki imajinasi dunia lima faksi tersebut, pembaca akan selalu dibuat penasaran dengan informasi-informasi yang sengaja disembunyikan penulisnya sedari awal. Ada sisi menarik dari cerita yang selalu memaksa pembaca untuk menuntaskan buku setebal 551 halaman ini. Dan pada akhirnya, pembaca akan semakin dibuat penasaran dengan akhir kisah, yang menyimpan lebih banyak tanda tanya.

“Insurgent,” katanya. “Kata benda. Orang yang bertindak sebagai oposisi terhadap otoritas yang mapan, yang tidak selalu dianggap sebagai orang yang suka berperang.”

“Apakah kau perlu memberi nama pada semua hal?” tanya Cara sambil mengusap rambutnya yang pirang pucat untuk merapikan helai-helai yang mencuat. “Kita hanya melakukan sesuatu dan kebetulan saja dalam satu kelompok. Tak perlu nama baru.”

“Kebetulan aku menyukai pengelompokan,” jawab Fernando sambil mengangkat sebelah alisnya yang gelap.

Aku memandang Fernando. Waktu terakhir kali aku menyerbu markas sebuah faksi, aku melakukannya sambil memegang pistol, dan meninggalkan mayat-mayat. Aku ingin kali ini berbeda. “Aku menyukainya,” kataku. “Insurgent. Itu sempurna.” (*)

*Kasdar Kasau
Lima Faksi Terancam Bubar Reviewed by Thinkpedia Indonesia on 02.13 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.