Bapak yang Hidup Selamanya
(int) |
Penulis : Adhitya Mulia
Penerbit : Gagasmedia
Tahun terbit : 2014
Tebal buku : 278 halaman
"Menjadi panutan bukan tugas anak sulung kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orang tua untuk semua anak."
Menjadi seorang kepala keluarga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perasaan itulah yang dirasakan Gunawan Garnida, seorang pria berusia 38 tahun menjelang ajalnya setahun lagi. Ia divonis dokter mengidap penyakit kanker. Sementara ia akan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak lelakinya, Satya dan Cakra.
Tak ingin meninggal dalam keadaan sia-sia dan tanpa pengawasan pada kedua anaknya, ia merekam nasehat-nasehat bijak dalam kamera handycam, setahun sebelum ia menghambuskan napas terakhirnya, sesuai prediksi dokter. Rekaman yang di-capture-nya setiap hari disiapkan untuk anak-anaknya nanti, sepeninggalnya dari dunia. Dengan demikian, ia bisa tenang meninggalkan keluarganya tanpa takut keluarganya akan menyusahkan orang lain. Dan anak-anaknya akan tumbuh menjadi orang-orang yang matang dalam ilmu dan pengalaman.
Satya dan Cakra beranjak dewasa dengan kehidupannya masing-masing. Namun, setiap Sabtu, mereka tak pernah lepas dari menonton video yang ditinggalkan mendiang Bapaknya. Masing-masing video sudah disiapkan untuk masing-masing momen yang telah jauh dirancanakan Bapaknya. Masing-masing video, meski hanya berdurasi beberapa menit, mengajarkan sebentuk pelajaran hidup bagi Satya dan Cakra.
Buku Sabtu Bersama Bapak ini tidak sekadar bercerita tentang nasehat-nasehat dari bapak. Di sisi lain, diceritakan pula tentang Cakra – si anak bungsu – yang tak beruntung dalam persoalan asmara. Hingga di usianya yang mapan, ia masih belum menemukan cintanya. Berbeda dengan kakaknya, Satya, yang telah berkeluarga dan dikaruniai tiga orang anak.
Penulis, Adhitya Mulia, membangun cerita ini melalui beragam versi sudut pandang. Alur flashback dimainkan sedemikian rupa, menyatu dengan kehidupan sekarang. Lewat keping-keping putaran video, pembaca akan dibawa menelusuri nasehat-nasehat Bapak. Di samping bercerita tentang Satya, yang berusaha menjadi seorang kepala keluarga yang baik, Cakra yang berusaha menemukan cintanya setelah 4 kali ditolak, Sabtu Bersama Bapak juga tidak melupakan untuk menceritakan Ibu Itje yang senantiasa membesarkan anaknya tanpa pamrih.
Kisah dalam buku ini cukup renyah. Apalagi dibumbui dengan lelucon, yang lebih menjurus kepada naskah komedi. Pun, ada beberapa momen yang terkesan dipaksakan lucu. Wajar, karena penerbit buku ini cenderung memproduksi buku-buku yang ber-genre remaja dan komedi.
Meskipun demikian, kisahnya cukup ringan dan mudah dicerna. Oleh karena itu, bagi pembaca yang memiliki kedekatan emosi dengan ayahnya, buku ini cocok menjadi bacaan di kala senggang. Termasuk bagi mereka yang ingin menjadi seorang ayah yang baik.
"Mendiang Bapak telah mengajarkan kepada anak-anaknya dalam sebuah posting, bahwa meminta maaf adalah wujud dari banyak hal. Wujud dari sadar bahwa seseorang cukup mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenangan dia melawan arogansi. Wujud dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf. Tidak meminta maaf membuat seseorang terlihat bodoh dan arogan." (*)
*Kasdar Kasau
Bapak yang Hidup Selamanya
Reviewed by Thinkpedia Indonesia
on
12.08
Rating:
Tidak ada komentar: