Top Ad unit 728 × 90

Terbaru

recentposts

Menekan Pakan Buatan Ikan dengan Teknologi Bioflock

(int)
PROFESI-UNM.COM - Negara Indonesia  merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah untuk dapat dimanfaatkan. Daerah Sulawesi yang termasuk daerah budidaya perikanan yang memiliki tambak yang terbentang luas mulai dari bagian bawah sampai bagian atas Makassar, tambak terbentang sejauh mata memandang. Namun berbagai penyakit dan tingginya harga pakan ikan membuat produksi ikan semakin hari semakin menurun.  Ditambah lagi sudah 2 dekade terakhir perikan tangkap mengalami stagnasi atau bahkan mengalami penurunan disebabkan over fishing.

Muh. Junda, Dosen Biologi FMIPA UNM mencoba menerapkan inovasi yang terbaru pada aqua culture (budidaya perikanan) dengan menerapkan teknologi bioflok. Teknologi bioflok adalah teknologi yang memanfaatkan hasil metabolisme ikan atau udang yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan atau udang, sehingga ikan atau udang tersebut memperoleh protein tambahan dari bioflok disamping pakan yang diberikan.

“Saya melihat banyak sumber daya alam di bumi ini yang dapat dimanfaatkan dan setiap makhluk hidup yang ada di bumi ini saling terikat dan bermanfaat untuk makluk hidup itu sendiri,” jelas Junda.
Teknologi bioflock yang diterapkan oleh Junda bahan utamanya sudah ada di alam yang terbentuk secara alamiah yaitu bakteri dan alga. Alat bantu yang digunakan dalam proses bioflock juga terbuat dari bahan yang mudah dan murah di dapat serta dapat dirakit sendiri.

Teknologi bioflock ini berbeda dengan budidaya perikanan secara konvensional yang melakukan pergantian air. Proses pergantian air merupakan cara yang malah memperburuk keadaan karena air yang dibuang merupakan limbah dan akan tercemar di area tambak yang lain. Pada tahap bioflock ini tidak ada proses pergantian air yang dilakukan, tapi hanya dilakukan penambahan air. Jadi, yang berperan untuk menghilangkan ammonia di dalam air adalah mikroba.

Bioflock ini bekerja dengan saling ketergantungan organisme bakteri dengan alga dan lingkungannya. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami. Bakteri yang berperan dalam teknologi bioflock ini adalah bakteri heterotroph yang merupakan bakteri yang dapat mengkonversi NH3 menjadi biomassa bakteri dengan cepat.  NH3 ini merupakan toksin, namun jika dipandang NH3 memberikan energi pada bakteri untuk proses hidupnya. Kemudian bakteri yang bergabung dengan alga dapat menyaring air dari ammonia yang merupakan toksin bagi ikan, dan juga membentuk agregat yang dapat menjadi pakan alami pada ikan. Alga memberikan senyawa-senyawa yang dibutuhkan bagi bakteri, dan bakteri merombak senyawa-senyawa yang dibutuhkan. Bakteri dan alga ini sudah terbentuk secara alami dan akan berkembang.

Selanjutnya, kunci utama sehingga pada teknologi bioflock ini tidak dilakukan proses pergantian air yaitu pembuatan kincir air. Dengan pemanfaatan kincir air berfungsi untuk proses masukan oksigen di dalam air agar tetap berjalan normal, karena bakteri yang sebagai peranan penting dalam bioflock ini sangat membutuhkan oksigen. Jumlah kincir yang digunakan pada tambak bergantung pada berapa banyak kepadatan ikan atau udang yang ada. Setiap satu kincir berkemanpuan memberikan bantuan oksingen untuk sekitar 600 kg ikan atau udang. Di samping itu, setiap harinya ikan atau udang tetap diberikan pakan buatan selama empat kali dengan jumlah hanya sekitar 5-10%. Pakan yang diberikan merupakan  pakan yang rendah protein karena hasil teknologi bioflok ini sudah menghasilkan pakan alami dengan protein yang tinggi.

Menurut Junda, Teknologi Bioflock ini ramah lingkungan karena pencemaran air dapat ditekan, kemudian pemberian pakan buatan yang harganya mahal diminimalisir karena telah terbuntuk pakan secara alami. Teknologi bioflock ini telah diterapkan Junda dan keluarganya pada tambak udangnya di Sigeri, Kabupaten Pangkep. Pakan alami dari Bioflock ini telah memberikan keuntungan yang besar . “Bioflock dapat mempercepat proses panen antara selisih 1 bulan sampai 2 bulan (72- 80 hari) sementara budidaya konvensional dapat mencapai 4 bulan, dan hasil produktifitas yang dihasilkan jauh berbeda” terang Junda. Pada bioflock itu sendiri menggunakan tiga aspek yaitu Biologi dengan adanya bakteri, Kimia dengan pemberian kapur, dan Fisika dengan pemasangan kincir air. “Padahal pada aspek bioflock yang saya terapkan saat ini belum maksimal, karena tidak ada pemberian kapur namun masih aspek biologi dan fisika hasilnya sudah sangat memuaskan,” papar dosen Biologi ini. Akhirnya, Alumnus S1 UNHAS ini berharap agar orang-orang dapat melihat peluang yang bermanfaat dari kekayaan alam sekitar. (*)


*Sumber: Tabloid Profesi Edisi 168
Menekan Pakan Buatan Ikan dengan Teknologi Bioflock Reviewed by Thinkpedia Indonesia on 12.27 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.